SEJARAH
LAHIRNYA NKRI
Kemerdekaan
Indonesia yang jatuh pada tahun 17 agustus 1945 merupakan sebuah titik balik
dimana indonesia memperoleh kedaulatan secara penuh di mata masyarakat dunia.
Tentu hal tersebut bukan sebuah hadiah apalagi sebuah pemberian oleh para
penjajah namun merupakan sebuah rahmat Allah yang maha kuasa seperti dalam
pembukaan UUD 1945. Perjuangan yang terus dilakukan tanpa kenal lelah dan putus
asa selama kurang lebih 350 tahun kelompok negara imperialisme berkuasa di
Nusantara. Artikel yang saya tulis ini memang tidak akan membahas secara
mendetail sejarah terbentuknya Negara kesantuan Republik Indonesia namun hanya
membahas secara garis besar dari bentuk perjuangan tersebut.
Pada kurun waktu
350 tahun, ketika mulai berkuasanya VOC atau kongsi dagang Belanda di Nusantara
dijadikan sebuah pertanda mulainya kekuasaan imperialisme di Indonesia.
Semenjak itu kekuasaan kerajaan-kerajaan lokal di Nusantara takluk dan mengakui
kekuasaan imperialisme asing yang memerintahnya dalam hal ini dapat kita
sebutkan bahwa terdapat sebuah pemerintahan dalam pemerintahan. Hal tersebut
karena terdapat penguasa lokal yang dikuasai oleh pemerintah Belanda dalam hal
ini, yang dengan segala peraturannya dengan sengaja mengambil alih segala
kekayaan sumber daya alam yang ada di Nusantara untuk kepentingan negara
mereka.
Resistensi atau
perlawanan terhadap pemerintah kolonial bukanlah tidak terjadi namun terus
terjadi semenjak abad XVII hingga menjelang kemerdekaan Indonesia pada abad XX.
Mulai dari perlawanan dari penguasa lokal, para agamawan atau kelompok ulama,
hingga kelompok simpatisan partai dan buruh di suatu daerah. Perjuangan fisik
dan non fisik terus berlanjut secara kesinambungan tanpa henti dalam kurun
waktu tiga abad lebih. Meski harus kita akui dalam kurun waktu tersebut terjadi
banyak dinamika yang berdampak dalam sosial dan ekonomi masyarakat yang
bersifat positif maupun negatif.
Pejuangan secara
fisik dapat kita lihat seperti perjuangan Diponegoro (1825-1830), perang Padri,
pemberontakan petani Banten (1888), perjuangan PETA di Blitar dan lainnya.
Secara non fisik perlawanan dilakukan oleh para pemuka agama dalam hal ini para
Kiai yang menyebarkan ilmu agama dalam langgar, surau, atau masjid yang menjadi
cikal bakal pesantren di Nusantara. Mereka melakukan perlawanan yang sungguh
sungguh dalam bidang pendidikan untuk menandingi sistem pendidikan barat. Kedua
bentuk perjuangan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dan dua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan karena biasanya para pemimpin pemberontakan
atau perlawanan fisik juga merupakan guru atau pendidik di suatu daerah.