Dasar Pemikiran
19.21.00
Thariqah  merupakan wahana yang berusaha memberikan dan mengisi ruang batin  dengan kejernihan hati. Melahirkan kebersihan diri dan berwujud pada  tindakan dan gerak yang bersifat objektif (tidak konservatif dan  normatif saja). Karena Thariqah merupakan  sebuah  ilmu untuk mengetahui hal ikhwalnya nafsu dan sifat-sifatnya. Membentuk  jiwa yang kokoh berdasarkan kejernihan berfikir dan bisa membedakan mana  yang tercela kemudian dijauhi dan ditinggalkan, dan kemudian yang  terpuji diamalkan. Thariqah akan melahirkan dan menjadi sumber  kehidupan yang berlandaskan  pada  konsep spiritual. Dari kejernihan hati pulalah akan mendapatkan dan  mendatangkan kejernihan tindakan sosial murni. Tidak sebatas jargon  maupun tindakan yang hampa dan berhenti pada tatanan elitis
Thariqah  juga berupaya melestarikan Islam ‘ala Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang  moderat, toleran dan inklusif secara konsisten dalam bidang syari’at,  hakikat dan ma’rifat di tengah masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan  Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu  dipandang perlu perluasan sayap Thariqah yang merupakan visi dari Lajnah  Pemberdayaan SDM yang berada dalam sistem kepengurusan dalam organisasi  Thariqah. Serta sebagai bagian tindakan gerak dari pencapaian tujuan  dari PD-PRT yang tertuang dalam pada Pasal VI, di mana Thariqah  mensosialisasikan semangat nasionalisme di tengah-tengah masyarakat  dengan menghindari terjadinya konflik-konflik, baik antara penganut  Thariqah maupun anggota masyarakat lainnya. Karena itu, Jam’iyyah Ahlith  Thariqah An Mu’tabarah An Nahdliyyah (baca: JATMAN) merupakan  organisasi terbuka bagi siapa pun yang berpaham Islam ’ala hlussunnah  wal Jama’ah untuk menjadi anggota, sebagaimana ketentuan yang sudah  diatur pada PD-PRT (termasuk salah satunya sosok mahasiswa). Bahkan  anggota dari kalangan muda justru memiliki kedudukan strategis untuk  menjadi anggota Thariqah, karena di samping mereka memiliki kedudukan  strategis di tengah masyarakat, bangsa dan Negara juga merupakan bagian  dari upaya mengimplentasikan amanat Rasulullah saw, sebagaimana riwayat  hadits yang menyebutkan bahwa anak muda yang memiliki kekuatan spiritual  (qalbu) melalui kedekatannya (mu’allaqun) dengan rumah-rumah Allah (masajid) menjadi salah satu dari tujuh kelompok yang memperoleh jaminan keselamatan di akherat nanti.
Selama  ini Thariqah sudah membumi dan mengakar di kalangan masyarakat luas  yang pada umumnya adalah orang-orang tua. Padahal Thariqah sangat  memberikan pintu kemaslahatan bagi semua usia, seyogyanya juga harus  mengakar pada kalangan muda terutama mahasiswa karena mahasiswa  merupakan sosok agen perubahan, baik dalam tatanan sosial politik maupun  dalam menciptakan terobosan sistem dalam bentuk tindakan dan gerak  sosial. Bahkan mahasiswa memiliki kedudukan strategis sebagai generasi  penerus dan calon pemimpin bangsa ini. Dalam konteks ini  seorang mahasiswa harus memiliki jiwa yang  tangguh dan bersifat jangka panjang (visioner),  baik dalam bidang intelektual, sosial maupun politik tanpa harus  meninggalkan konsep spiritual. Sehingga benar-benar mampu mereka  memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Kemampuan  intelektual dan kekritisan mahasiswa yang melahirkan sebuah gejala baru  dan perubahan yang sangat luar biasa. Akan sangat ideal jika sosok  mahasiswa  memiliki kecerdasan emosional dan  kecerdasan spiritual. Sehingga mahasiswa tidak terjebak dalam lingkungan  pemikiran yang sempit dan cenderung didasarkan pada nafsu. Hal ini  menimbulkan pemikiran-pemikiran subyekif  dan  ekstrimis. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang  menggabungkan dan memadukan antara kecerdasan intelektual (akal),  emosional dan spiritual (hati) di kalangan mahasiswa sebagai bentuk riil  penyelesaiannya.
Untuk  menyeimbangan kemampuan intelektual, sosial, dan spiritual tersebut di  atas mahasiswa harus memiliki dasar yang kuat (Thariqah/tasawuf) demi  terciptanya perubahan yang bersifat obyektif. Dasar yang memiliki gerak  riil yang mengakar dan tidak memuat kepentingan yang pragmatis. Inilah  yang sangat sulit ditemukan dalam jiwa seorang mahasiswa yang kritis.  Bahkan sering kali melahirkan sikap radikalis dan eksklusif yang  diakibatkan oleh frustasi atas arah gerak dan tindakan. Karena aksi dan  gerakan mereka jauh dari kekuatan batin (thariqah/tasawuf) yang  menekankan pada cinta dan kasih sayang (rahmah wa syafaqah) terhadap diri, sesama dan makhluk lain. 
Kebanyakan tindakan mahasiswa saat ini yang tidak dilandasi oleh konsep spiritual melahirkan sikap gegas (rushed), ganas (anarchy), gersang (humorless) yang diakibatkan tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang (rahmah wa syafaqah).  Untuk itu sangat diperlukan sekali jalan spiritual yang benar-benar  tidak terjebak pada konsep subjektifitas. Disadari atau tidak kekolotan  pandang spiritual bagi mahasiswa sudah menjangkit (bersifat normatif dan  konservatif). Bukti riil mahasiswa jauh dari konsep spiritual bisa  dilihat dari hasil tindakan dan gerak yang mementingkan kepentingan  mahasisiwa secara individual dan gerak yang hampa. Dan terlalu  mengagung-agungkan dirinya hingga merasa paling benar dirinya sendiri  atau kelompoknya sendiri. Semua ini karena adanya kekosongan ruang batin (Ketentraman Illahiyah) dalam dirinya.
Berangkat dari  kegersangan  dan ruang batin kosong spiritual dan meluruskan arah gerak yang jernih  serta rasa prihatin dari JATMAN terhadap realitas pada Mahasiswa, maka  JATMAN merasa perlu membentuk sebuah wadah untuk melakukan pendidikan  terhadap mahasiswa sehingga menjadi generasi muda dan calon pemimpin  bangsa yang memiliki integritas tinggi dengan basis spiritual dan  intelektual. Di samping itu, sebagai ikhtiyar JATMAN dalam melestarikan  Islam ‘ala Ahlussunnah wal Jama’ah yang moderat, toleran dan inklusif di  lingkungan perguruan tinggi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik  Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 
Dalam  konteks inilah, deklarasi organisasi Mahasiswa Ahlith Thariqah  an-Nahdliyyah (MATAN) menjadi sebuah keniscayaan bagi JATMAN dan  masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia pada umumnya sebagai sebuah  upaya konkrit atas penyelesaian problematika sosial politik dan krisis  moral bangsa ini.
      
0 komentar